{{ title }}

Keseimbangan fungsi tanah harus terus dijaga dengan memberikan asupan nutrisi yang baik bagi tanah. Penggunaan pupuk kimia sering kali berlebihan sehingga menyebabkan tanah mengalami ketidak-seimbangan antara sifat fisik, biologis dan kimia tanah. Selain itu penggunaan pestisida non-organik yang berlebihan juga meninggalkan residu di dalam tanah.

Ternak menghasilkan kotoran kurang lebih 8 hingga 10 kg per ekor per hari. Potensi ini dapat dimanfaatkan oleh peternak untuk memperoleh keuntungan. Selain itu kotoran ternak yang dihasilkan apabila tidak diolah akan menghasilkan polutan berupa gas amoniak yang turut serta memberikan sumbangsih terhadap peningkatan gas rumah kaca sehingga berdampak pada pemanasan global. Dengan melakukan pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk kandang maka proses penguapan amoniak akan berkurang.

Kandungan unsur hara yang ada pada kotoran ternak masih bersifat makro dan kompleks sehingga apabila diaplikasikan ke lahan tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tanpa pengolahan terlebih dahulu, unsur hara kompleks dalam kotoran ternak memerlukan waktu 6 bulan bahkan lebih untuk bisa terurai secara sempurna.

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah dengan melakukan bimbingan teknis kepada peternak tentang pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk kandang, salah satunya di Padukuhan Petir AC, Kalurahan Petir, Kapanewon Rongkop pada hari Selasa, 15 Juli 2025. Peserta bimbingan teknis adalah Kelompok Ternak Sedyo Mulyo.

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam bimbingan teknis pengolahan pupuk kandang ini diantaranya kotoran ternak dapat berupa kotoran sapi, kambing, domba maupun ayam, kapur halus/dolomit, air, tetes tebu, sekam kering, serbuk gergaji, starter, serta arang halas/abu.

Dengan adanya bimbingan teknis ini diharapkan peternak di kalurahan Petir, khususnya bagi Kelompok Ternak Sedyo Mulyo dapat melakukan pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk secara berkelanjutan dan memberikan manfaat lebih bagi masyarakat sekitar.

Kembali