Suhantoro Ponjong Garap Mina Padi

Budidaya ikan  minapadi merupakan budidaya ikan di sawah bersama dengan tanaman padi dengan maksud untuk menambah pendapatan petani. Dengan sistem ini selain panen padi, petani juga memperoleh keuntungan dari panen ikan. Umumnya ikan yang sering digunakan adalah ikan nila. Jenis atau varietas padi yang digunakan adalah padi unggulan seperti hibrida supandi atau mapan 05.

Kapanewon Ponjong merupakan kawasan yang dari dulu hingga sekarang terkenal dengan produsen padi terbesar di kabupaten Gunungkidul. Hal yang sangat Pmenentukan adalah tersedianya sumber daya air. Kapanewon Ponjong merupakan wilayah yang banyak ditemukan sumber air, jadi wajar kalau sektor pertanian dan perikanannya paling maju karena adanya dukungan sumber air yang cukup melimpah.

Kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Mina Manunggal, adalah salah satu kelompok  budidaya ikan yang menerapkan sistem mina padi. Pokdakan yang beralamat di Susukan 1, Genjahan, Ponjong ini sejak berdirinya yakni sekitar tahun 2011 hingga sekarang 2020 sudah mendapatkan kegiatan dari pusat (melalui DAK 2017 dan 2020) sebanyak 2 kali. Kegiatan yang berupa penyaluran bantuan sarana prasarana budidaya ikan sistem mina padi tersebut berupa paket benih nila merah dengan pakan dan juga ditambah waring dan jaring.

Suhantoro, ketua pokdakan Mina Manunggal, menceritakan tahun 2017 lalu budidaya minapadi kurang berhasil. Tanaman padi terkena serangan hama wereng yang mengakibatkan gagal panen padi. Untungnya ikan nila merah yang ditebar bersama tanaman padi tersebut tidak banyak yang mati dan hasilnya cukup menggembirakan, hingga biaya operasional dari kegiatan budidaya minapadi masih bisa ditutup dari hasil penjualan ikannya.

Hantoro berbagi pengalaman terkait teknis mina padi. Benih sebaiknya memakai yang ukurannya diatas 9-12 cm supaya jarak panen antara padi dengan ikan nila tidak terlalu jauh. Dengan setingan benih seperti ini, periode tanam padi/budidaya padi dalam setahun bisa mencapai 3 kali. Agar pertumbuhan ikan optimal, sebaiknya juga menggunakan pakan pabrikan yang sudah terregister atau resmi, sehingga kebutuhan nutrisi ikan lebih terjamin dan ikan jadi cepat besar.

Hantoro menambahkan, tahun ini bibit padi yang digunakan adalah jenis/varietas mapan 05, dengan jumlah 5 kg. Perhitungannya, 1 kg benih mapan 05 cukup untuk sawah dengan luasan 1.000 m2. Usia tanaman padi sekitar 2,5 bulan sementara ikan nila kurang lebih 3- 4 bulan masa pemeliharaannya.

Pada siklus terakhir, padi ditanam tgl 7 September 2020, panen sekitar awal desember 2020 sedangkan nila saat ini masih dipelihara dengan ukuran 5-7 ekor/kg  atau 140-200 gr/ekor. Harga jual nila Rp 32.000,- per kg. Menurut catatan  Pak Hantoro, saat ini produksi padi 12 ton berat basah. Jika dikonversi ke satuan bk (berat kering), padi mengalami penyusutan 25% menjadi 9 ton dan apabila sudah mengalami pengolahan menjadi beras, akan mengalami penyusutan lagi sekitar 60% menjadi 5,5 ton. Harga beras kualitas A jenis/varietas mapan/05 di Ponjong adalah Rp 11.000,00/kg.

Sebagai langkah antisipasi kekurangan air, Hantoro membuat sumur bor dengan kedalaman 60 meter. Tujuannya untuk menambah suplai air pada budidaya ikan sistem minapadi terutama di saat debit air saluran irigasi kecil. Buat jaga-jaga saja, imbuhnya.

Hal yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan mina padi salah satunya adalah keberadaan hama predator seperti ular, berang-berang dan burung. Juga kompetitor ikan budidaya, seperti ikan lele (yang masuk dari aliran sungai) dan ikan tombro. Pemasangan waring dan jaring salah satu solusinya dan pemasangan kondom/strimin pada pintu air masuk maupun buang juga akan mengurangi populasi hama predator.

Kelebihan budidaya minapadi menurut Hantoro salah satunya adalah efisiensi penggunaan pupuk kimia (jenis phonska) dan organik. Tanpa ikan nila, petani membutuhkan phonska sekitar 200 kg/ha/siklus sedangkan pupuk organik tanpa nila menghabiskan 3 ton/ha/siklus. Dengan minapadi, penggunaan phonska hanya 60 kg/ha/siklus sedangkan pupuk organik hanya 1/3 nya atau 1 ton saja.

Budidaya minapadi mampu memperbaiki daya dukung lingkungan. Ini karena kita mengurangi penggunaan pupuk kimia (phonska) dan bisa efisien terkait biaya operasional (minim pupuk kimia dan juga obat-obatan kimia). Selain itu, padi  dan ikan yang dihasilkan cenderung aman dikonsumsi(organik), pungkas Hantoro.



Kembali