Mengenal Jenis Lele di Gunungkidul

Selain lele asli sungai atau lele lokal, lele jenis apalagi yang ada di Gunungkidul ? Mari kita cermati !

1. Dumbo

Lele Dumbo merupakan jenis unggul yang kali pertama diintroduksi ke Indonesia pada awal tahun 1980-an. Lele Dumbo asalnya dari Afrika. Tubuhnya bewarna coklat kehitaman dan akan timbul bercak-bercak warna putih bila terkejut atau stress. Ketika dipelihara di kolam, lele Dumbo bisa tumbuh bongsor dan besar. Dari ukuran tubuhnya yang besar inilah akhirnya nama Dumbo disematkan pada lele ini.

Dibanding jenis lele lokal, patil lele dumbo tidak beracun sehingga relatif lebih aman bila dipegang dengan tangan kosong. Selain itu ukuran misai (sungut) lele dumbo juga lebih panjang dibanding lele lokal.

2. Sangkuriang

Nama Sangkuriang berasal dari cerita rakyat Jawa Barat, yakni asal mula Gunung Tangkuban Perahu. Cerita tentang pemuda bernama Sangkuriang yang ingin menikahi ibunya. Dari namanya, jelas ikan unggul ini ditemukan di Jawa Barat. Lokasi tepatnya di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Lele Sangkuriang secara resmi dirilis sebagai jenis lele unggul oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26/Men/2004 tanggal 21 Juli 2004. Sangkuriang I dikenalkan kepada publik  di tahun 2004, kemudian sangkuriang II dikembangkan antara tahun 2010 – 2012.

Lele Sangkuriang merupakan varietas unggulan dari lele dumbo hasil perkawinan antara lele dumbo betina F2 (induk betina generasi kedua) dengan lele dumbo jantan F6 (induk jantan generasi ke enam). Perkawinan ini menghasilkan lele dumbo jantan F2-6. Selanjutnya, lele dumbo jantan F2-6 dikawinkan kembali dengan lele dumbo betina F2 sehingga menghasilkan ikan lele sangkuriang.

Ciri-ciri lele sangkuriang ini di antaranya memiliki warna punggung hitam kehijaun dan bagian perutnya bewarna putih kekuningan. Beberapa sifat unggul yang dimiliki Lele sangkuriang diantaranya pertumbuhan harian bobot pada pembesaran selama tiga bulan sekitar 3,35 persen dan konversi pakan berkisar 0,8 – 1,0

3. Mutiara

Lele Mutiara dikenalkan ke Publik pada tahun 2015. Dikembangkan oleh Balai Riset dan Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamadi, Subang, Jawa Barat. Lele ini dirilis pada 27 Oktober 2014. Secara resmi baru dilepas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 77/Kepmen-KP/2015 tanggal 14 Juli 2015.

Lele Mutiara merupakan hasil persilangan dari varietas lele Mesir, Paiton, Sangkuriang dan Dumbo yang diseleksi selama tiga generasi pada karakter pertumbuhan. Hal ini menjadikan lele Mutiara memiliki banyak keunggulan seperti laju pertumbuhan yang tinggi sampai 40 persen (cepat tumbuh), produktivitas panen tinggi, keseragaman ukuran tinggi, pemeliharaan singkat, irit dalam penggunaan pakan (FCR 0,6 – 1,0), toleransi terhadap lingkungan tinggi dan daya tahan terhadap penyakit juga tinggi.

4. Phyton

Lele Phyton dikenal juga dengan nama ikan Lele Paiton. Varietas ikan lele ini merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele dari Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Ikan ini pertama kali dikembangkan pada tahun 2004 oleh para sekelompok pembudidaya ikan lele yang ada di Kabupaten Pandeglang, Banten. Awalnya pengembangan ini hanya dilakukan percobaan semata dan bukan melalui proses riset di laboratorium namun secara tidak sengaja muncullah jenis baru yaitu lele phyton yang ukurannnya lumayan besar serta cocok untuk konsumsi.

Lele Phyton mempunyai ciri warna dan bentuk kepala yang hampir menyerupai bentuk kepala ular phyton. Boleh jadi karena inilah pembudidaya ikan lantas memanggil lele varietas ini dengan nama lele Phyton. Ciri-ciri lainnya, lele Phyton memiliki ukuran mulut relatif kecil dan kepala pipih memanjang dengan warna yang cerah.

Beberapa keunggulan lele Phyton atau Paiton ini di antaranya mudah beradaptasi dan juga memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, dapat dibudidayakan di segala cuaca, iklim, maupun suhu baik itu dingin atau panas. Selain itu, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) lebih dari 90%. FCR 1, derajat penetasan telur mencapai 90 persen. Selain itu, waktu pemeliharaan yang sangat singkat yaitu mulai dari telur sampai benih siap jual (7-8 cm) hanya membutuhkan waktu 1,5 bulan. Begitupun pembesaran, benih ukuran 7-8 cm hanya membutuhkan waktu 2 bulan (55-60 hari) dengan ukuran panen 125-150 gr/ekor

5. Masamo

Lele Masamo diproduksi dan diperkenalkan pertama kali oleh pabrik pakan ikan PT. Matahari Sakti di Mojokerto, Jawa Timur. Lele Masamo merupakan hasil pengumpulan sifat berbagai plasna nutfah lele dari berbagai negara. Di antaranya adalah lele Dumbo dan Clarias macrochephalus (bighead catfish) yang merupakan lele Afrika yang dikembangkan di Thailand.

Lele Masamo memiliki ciri-ciri ukuran tubuh lebih lonjong, menyerupai sepatu pantofel model lama. Sirip (patil) lebih panjang, badan lebih panjang dan bewarna kehitaman. Ciri khas lainnya, ketika Lele Masamo stress akan muncul warna keputihan atau keabu-abuan. Ciri lainnya, lele Masamo memiliki tonjolan di tengkuk kepala serta bentuk kepala yang lebih runcing.

6. Mandalika

Selain jenis lele unggul tersebut di atas, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga pernah  merilis Lele Mandalika dalam rupa benih sebar yang merupakan hasil persilangan ikan lele Sangkuriang betina dengan lele Masamo jantan. Benih sebar Lele mandalika ini merupakan hasil hibridisasi yang dilakukan oleh Instalasi Balai Benih Ikan Batu Kumbung, Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tengara Barat. Kementerian Kaluatan dan Perikanan telah merilis benih sebar Lela Mandalika ini dengan SK Nomor 42/KEPMEN-KP/2014 tanggal 22 Juli 2014.



Kembali